Celticvero's Blog

Just another WordPress.com weblog

Sikap Pekerja Dan Kepuasan Kerja Januari 5, 2010

Filed under: Uncategorized — celticvero @ 3:33 am

Sikap adalah pernyatan atau pertimbangan evalutif mengenai objek, orang atau peristiwa.

Tipe Sikap :

Seseorang dapat memiliki ribuan sikap, tetapi OB memfokuskan perhatian kita pada jumlah yang sangat terbatas sikap yang berkaitan dengan pekerjaan. sikap yang berkaitan dengan pekerjaan ini membuka jalan evaluasi positif atau negatif yang dipegang para karyawan mengenai aspek-aspek dari lingkungan kerja mereka.

Sikap tersebut adalah :
~ Kepuasan Kerja
~ Keterlibatan Kerja
~ Komitmen pada Organisasi

* Kepuasan Keja *
Mengukur Kepuasan Kerja,, Kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya.

Kepuasan kerja secara umum merupakan sikap terhadap pekerjaan yang didasarkan pada evaluasi terhadap aspek-aspek yang berbeda bagi pekerja. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya tersebut mengambarkan pengalaman-pengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pekerjaan dan harapan-harapan mengenai pengalaman mendatang).

Sementara itu, Osborn (1982:40) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai berikut:

“Kepuasan kerja adalah derajat positif atau negatif perasaan seseorang mengenai segi tugas-tugas pekerjaannya, tantanan kerja serta hubungan antar sesama pekerja”.

Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional karyawan yang

terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan

oleh karyawan yang bersangkutan (Martoyo, 2000:142).

Berdasarkan survei yang dilakukan Herzberg (1959), ia berkesimpulan bahwa pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh para peneliti untuk memecahkan masalah kepuasan kerja tidaklah lengkap. Sebagian dari penelitian tersebut hanya mencoba mencari-cari faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kerja, yaitu “faktor-faktor apa saja yang menyebabkan sikap karyawan menjadi suka atau tidak menyukai pekerjaannya?” Sedangkan peneliti-peneliti yang lain hanya mencoba melihat pengaruh sikap terhadap kinerja, yaitu “apakah karyawan yang puas lebih produktif dari karyawan yang tidak puas?” Menurut Herzberg, diperlukan suatu pendekatan yang telah dilakukan tersebut.

Untuk membuktikan pendapatnya itu, Herzberg dan sejawatnya pada tahun 1959 melakukan penelitian terhadap 200 orang insinyur dan akuntan Pittsburg. Kepada mereka diminta untuk mengambarkan secara detail bilamana mereka merasa puasa dan tidak puasa dengan pekerjaannya. Dari analisa yang dilakukan terhadap data yang terkumpul, Herzberg dan sejawatnya menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja berbeda dengan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja.

Menurut Herzberg (1959), perbaikan terhadap faktor-faktor ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan kerja karena ini bukan sumber kepuasan kerja. Prinsip dasar dari dinamika faktor ini adalah sebagai berikut:

1) Hygiene factor dapat mencegah atau membatasi ketidakpuasan kerja, tetapi tidak dapat memperbaiki kepuasan kerja.

2) Perbaikan dalam motivator factor dapat mencegah kepuasan kerja, tetapi tidak dapat mencapai ketidakpuasan kerja.

Menurut Wexley and Yukl (1977), kepuasan kerja ditentukan atau dipengaruhi oleh sekelompok faktor. Faktor-faktor itu dapat dikelompokan ke dalam tiga bagian, yaitu yang termasuk dalam karakteristik individu, variabel situasional, karakteristik pekerjaan.

1) Karakter individu, yang meliputi: kebutuhan-kebutuhan individu, nilai-nilai yang dianut individu (values), dan ciri-ciri kepribadian (personality traits).

2) Variabel-variabel yang bersifat situasional, yang meliputi: perbandingan terhadap situasi sosial yang ada, kelompok acuan, pengaruh dari pengalaman kerja sebelumnya.

3) Karakteristik pekerjaan, yang meliputi: imbalan yang diterima, pengawasan yang dilakukan oleh atasan, pekerjaan itu sendiri, hubungan antara rekan sekerja, keamanan kerja, kesempatan untuk memperoleh perubahan status.

Greenberg dan Baron (2003:148) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau negatif yang dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka. Selain itu Gibson (2000:106) menyatakan kepuasan kerja sebagai sikap yang dimiliki para pekerja tentang pekerjaan mereka. Hal itu merupakan hasil dari persepsi mereka tentang pekerjaan.

Dalam hal kepuasan kerja, Gilmer (1966) menyebutkan faktor-fakor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah kesempatan untuk maju, kemanan kerja, gaji, perusahaan dan menejemen, faktor intrinsik dan pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi, fasilitas (Lih:As’ad, 2003:114).Sementara menurut Heidjrachman dan Husna mengemukakan beberapa faktor mengenai kebutuhan dan keinginan pegawai, yakni gaji yang baik, pekerjaan yang aman, rekan sekerja yang kompak, pekerjaan yang berarti, kesempatan untuk maju, pimpinan yang adil dan bijaksana, penghargaan dan perintah yang wajar dan organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat.

Locke mencatat bahwa perasaan-perasaan yang berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan kerja cenderung mencerminkan penaksiran dari tenaga kerja tentang pengalaman-pengalaman kerja pada waktu sekarang dan lampau daripada harapan-harapan untuk masa depan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat dua unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar.

Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan. Yang ingin dicapai ialah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh individu. Dikatakan bahwa pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan kebutuhan dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.

Menurut Locke seorang individu akan merasa puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, yaitu tergantung bagaimana ia mempersepsikan adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan dengan hasil keluarannya. Sehingga dapat disimpulkan pengertian kepuasan kerja adalah sikap yang positif dari tenaga kerja meliputi perasaan dan tingkah laku terhadap pekerjaannya melalui penilaian salah satu pekerjaan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu nilai penting dalam pekerjaan.

Batasan Locke mengenai kepuasan kerja adalah “ the appraisal of one’s job as attaining or allowing the attainment of one’s important job values, providing these values are congruent with or help fulfill one’s basic needs”. Secara singkat, tenaga kerja yang puas dengan pekerjaanya merasa senang dengan pekerjaannya. Dari batasan Locke dapat disimpulkan bahwa adanya dua unsur yang penting dalam kepuasan kerja yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan dan harus membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.

Terdapat tiga model yang mencerminkan hubungan-hubungan yang berbeda antara sikap dan motivasi untuk berunjuk-kerja secara efektif.

Model A
->Sikap Kerja ->Kondisi Kerja Unjuk Kerja->Motivasi Kerja
Manajemen perlu menciptakan kondisi kerja yang menimbulkan sikap kerja yang positif terhadap pekerjaan dan organisasi. Sikap kerja yang positif menyebabkan tenaga kerja bekerja keras sehingga cenderung menjadi efektif.
Model B
->Unjuk Kerja -> Motivasi Kerja ->Kondisi Kerja Sikap Kerja
Perhatian manajemen secara langsung perlu ditujukan kepada tindakan yang dapat meyakinkan bahwa para tenaga kerja akan bekerja keras, bahwa mereka memiliki peluang untuk berunjuk-kerja secara memuaskan dan bahwa mereka mendapat cukup balikan tentang hasil unjuk-kerjanya ini.
Model C
Kondisi Sikap Kerja-> Motivasi Kerja 1 ->Kerja 1
->Motivasi Kerja 2 ->Kondisi Kerja 2 Unjuk-Kerja

Tidak ada hubungan kausal secara langsung antara sikap kerja dan unjuk-kerja. Manajemen perlu melakukan serangkaian tindakan tertentu jika menginginkan timbulnya sikap kerja yang positif dan perlu melakukan serangkaian tindakan yang lain jika menginginkan memotivasi para tenga kerja untuk mencapai tingkat unjuk-kerja yang lebih tinggi.

TEORI-TEORI KEPUASAN KERJA
1.Teori Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy Theory)

Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu merupakan hasil dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh individu tersebut bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan dirasakan oleh individu bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan besar.

2. Teori Keadilan (Equity Theory)

Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupunditempat lain.

3. Teori Dua – Faktor (Two Factor Theory)
Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu Motivators dan hygiene factors. Pada teori ini ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi disekitar pekerjaan (seperti kondisi kerja, upah, keamanan, kualitas, pengawasan dan hubungan dengan orang lain) dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri. karena faktor mencegah reaksi negatif dinamakan sebagai hygiene atau maintainance factors.
4. Value Theory
Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil pekerjaan diterima individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, akan semakin puas dan sebaliknya. Kunci menuju kepuasan pada teori ini adalah perbedaan antara aspek pekerjaan yang dimiliki dengan yang diinginkan seseorang. Semakiin besar perbedaan, semakin rendah kepuasan orang.

FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUASAN KERJA
1. Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan (Keragaman Keterampilan, Jati Diri Tugas, Tugas yang Penting, Otonomi, dan Pemberian Balikan pada Pekerjaan).
2. Gaji Penghasilan, Imbalan yang Dirasakan Adil ( Equitable Reward).
3. Penyeliaan.
4. Rekan-rekan Sejawat yang Menunjang.
5. Kondisi Kerja yang Menunjang.

DAMPAK dari KEPUASAN dan KETIDAKPUASAN KERJA
1. Dampak terhadap Produktivitas
2. Dampak terhadap Ketidakpuasan (Absenteisme) dan Keluarnya Tenaga Kerja (TurnOver)
3. Dampak terhadap Kesehatan

Ketidakpuasan terhadap pekerjaan merupakan salah satu sumber stres terbesar.
SUMBER KETIDAKPUASAN KERJA
• Konflik dengan rekan kerja.
• Konflik dengan atasan.
• Gaji yang tak sesuai.
• Tidak memiliki peralatan yang diperlukan untuk mencapai target.
• Kurang kesempatan mendapat promosi.
• Ketakutan kehilangan pekerjaan karena penciutan dan penghematan perusahaan.
• Mungkin juga pekerjaan yang membosankan, tidak sesuai dengan minat, pendidikan, dan keterampilan yang dimiliki.

PENYEBAB KEPUASAN KERJA

Ada lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu:

  1. Pekerjaan itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
  2. Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
  3. Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
  4. Promosi(Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
  5. Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

Selain penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor penentu kepuasan kerja yaitu:

  1. Kerja yang secara mental menantang,Kebanyakan Karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan.
  2. Ganjaran yang pantas, Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
  3. Kondisi kerja yang mendukung,Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
  4. Rekan kerja yang mendukung, Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan.
  5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.

Beberapa korelasi kepuasan kerja sebagai berikut :

1) Motivasi

Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi, atasan/manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja.

2) Pelibatan Kerja

Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan untuk meingkatkan keterlibatan kerja pekerja.

3) Organizational citizenship behavior

Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya.

4) Organizational commitment

Mencerminkan tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang sifnifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas kerja.

5) Ketidakhadiran (Absenteisme)

Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.

6) Perputaran (Turnover)

Hubungan antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga diharapkan atasan/manajer dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi perputaran.

7) Perasaan stres

Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif dimana dengan meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak negatif stres.

8) Prestasi kerja/kinerja

Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Sementara itu menurut Gibson (2000:110) menggambarkan hubungan timbal balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.

PENGARUH KEPUASAN KERJA

1. Terhadap Produktivitas

Orang berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikkan dengan meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja mungkin merpakan akibat dari produktivitas atau sebaliknya. Produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa apa yang telah dicapai perusahaan sesuai dengan apa yang mereka terima (gaji/upah) yaitu adil dan wajar serta diasosiasikan dengan performa kerja yang unggul. Dengan kata lain bahwa performansi kerja menunjukkan tingkat kepuasan kerja seorang pekerja, karena perusahaan dapat mengetahui aspek-aspek pekerjaan dari tingkat keberhasilan yang diharapkan.

2. Ketidakhadiran (Absenteisme)

Menurut Porter dan Steers, ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang mencerminkan ketidakpuasan kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan ketidakhadiran. Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir.

Sementara itu menurut Wibowo (2007:312) antara kepuasan dan ketidakhadiran/kemangkiran menunjukkan korelasi negatif. Sebagai contoh perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti kerja dengan bebas tanpa sanksi atau denda termasuk kepada pekerja yang sangat puas.

3. Keluarnya Pekerja (Turnover)

Sedangkan berhenti atau keluar dari pekerjaan mempunyai akibat ekonomis yang besar, maka besar kemungkinannya berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Menurut Robbins (1998), ketidakpuasan kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam berbagai cara misalnya selain dengan meninggalkan pekerjaan, mengeluh, membangkang, mencuri barang milik perusahaan/organisasi, menghindari sebagian tanggung jawab pekerjaan mereka dan lainnya.

4. Respon terhadap Ketidakpuasan Kerja

Ada empat cara tenaga kerja mengungkapkan ketidakpuasan Robbins (2003):

a. Keluar (Exit) yaitu meninggalkan pekerjaan termasuk mencari pekerjaan lain.

b. Menyuarakan (Voice) yaitu memberikan saran perbaikan dan mendiskusikan masalah dengan atasan untuk memperbaiki kondisi.

c. Mengabaikan (Neglect) yaitu sikap dengan membiarkan keadaan menjadi lebih buruk seperti sering absen atau semakin sering membuat kesalahan.

d. Kesetiaan (loyality) yaitu menunggu secara pasif samapi kondisi menjadi lebih baik termasuk membela perusahaan terhadap kritik dari luar.

BEBERAPA CARA UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA

1. Menciptakan tantangan baru
Jika pekerja terjebak dalam sebuah pekerjaan karena kurang pendidikan atau penciutan perusahaan, tak selalu berarti pekerjaan itu membosankan. Dengan sedikit imajinasi, ciptakan tantangan baru dan lakukan yang terbaik untuk pekerjaan tersebut.
• Perbaiki keterampilan
Bayangkan Anda sudah memiliki pekerjaan impian, dan melihat diri Anda sebagai manajer proyek jempolan, orang yang percaya diri, dan sangat terorganisasi. Mengapa tidak menerapkan bayangan itu pada pekerjaan Anda sekarang?
• Buat proyek sendiri
Buat proyek yang bisa memotivasi dan memberi pekerja perasaan mengontrol. Mulailah dari mengatur perayaan ulang tahun di kantor, lalu setelah itu pekerja membuat proyek yang lebih besar. Pekerja juga bisa melakukan sesuatu yang bisa meningkatkan rasa percaya diri.
• Membantu anak baru
Setelah menguasai sebuah pekerjaan, pekerja akan mendapati pekerjaan sebagai rutinitas. Bantulah rekan kerja baru untuk meningkatkan keterampilan mereka. Ini bisa memperbarui tantangan dan kepuasan yang pekerja inginkan.

2. Kalahkan Kebosanan
• Ubah hal monoton
Ambil cuti lalu melakukan kegiatan seperti membaca, mendengarkan musik, jalan-jalan, atau menulis surat untuk sahabat.
• Minta penugasan baru
Apakah pekerjaan pekerja termasuk melakukan hal yang berulang seperti memasukkan data ke database atau bekerja di ban berjalan? Bicaralah dengan atasan, minta pelatihan tugas berbeda untuk mengatasi kebosanan. Setelah selesai, pekerja bisa kembali ke tugas semula.
• Lakukan tugas sukarelawan
Bila pekerja mendengar perusahaan meluncurkan proyek baru, jadilah seorang sukarelawan untuk masuk dalam tim proyek itu.

• Minta tantangan baru
Jika bos pekerja cukup enak diajak bicara, katakanlah bahwa Anda merasa sedikit bosan dengan pekerjaan sekarang dan ingin sebuah tantangan baru.

3. Berpikir Positif
Mengubah sikap soal pekerjaan memang tak bisa sekejap. Cobalah teknik ini untuk menyadari cara pikir Anda:
• Berhenti berpikir negatif
Perhatikan pesan-pesan dari otak untuk diri sendiri. Ketika mendapati diri sendiri berpikir bahwa pekerjaan sekarang membosankan, segera hentikan pikiran itu.
• Kembalikan pada perspektif yang benar
Ingat bahwa semua orang pernah mengalami hari baik dan hari buruk di tempat kerja.
• Cari hikmahnya
Mungkin pekerja pernah menerima penilaian yang buruk dari atasan dan dia minta pekerja memperbaiki kinerja. Jangan diambil hati dan langsung mencari pekerjaan baru. Cobalah cari hikmahnya. Mungkin itu berarti kesempatan mengikuti pelatihan baru, mendapat ilmu baru, dan pekerja bisa menunjukkan kepada atasan bahwa pekerja mampu berubah dan memperbaiki kinerja.
• Belajar dari kesalahan
Kegagalan adalah alat pembelajaran yang paling hebat, sayangnya banyak orang membiarkan kegagalan mengalahkan mereka. Ketika gagal di pekerjaan, belajarlah dan coba lagi.
• Bersyukur
Rasa syukur dapat membantu pekerja fokus pada hal-hal baik yang ada di perusahaan pekerja.

MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA

Greenberg dan Baron (2003:159) memberikan saran untuk mencegah ketidakpuasan dan meningkatkan kepuasan dengan cara sebagai berikut :

1) Membuat pekerjaan yang menyenangkan

Karena pekerjaan yang mereka senang kerjakan daripada yang membosankan akan membuat orang menjadi lebih puas.

2) Orang dibayar dengan jujur

Orang yang percaya bahwa sistem pengupahan/penggajian tidak jujur cendrung tidak puas dengan pekerjaannya.

3) Mempertemukan orang dengan pekerjaan yang cocok dengan minatnya.

Semakin banyak orang menemukan bahwa mereka dapat memenuhi kepentingannya di tempat kerja, semakin puas mereka dengan pekerjaannya.

4) Menghindari kebosanan dan pekerjaan beruang-ulang

Kebanyakan orang cendrung mendapatkan sedikit kepuasan dalam melakukan pekerjaan yang sangat membosankan dan berulang. Karena orang jauh lebih puas dengan pekerjaan yang meyakinkan mereka memperoleh sukses dengan secara bebas melakukan kontrol atas cara mereka melakukan sesuatu.

Sedangkan menurut Riggio, peningkatan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1 . Melakukan perubahan struktur kerja

Misalnya dengan melakukan perputaran pekerjaan (job rotation), yaitu sebuah sistem perubahan pekerjaan dari salah satu tipe tugas ke tugas yang lainnya (yang disesuaikan dengan job description). Cara kedua yang harus dilakukan adalah dengan pemekaran (job enlargement), atau perluasan satu pekerjaan sebagai tambahan dan bermacam-macam tugas pekerjaan. Praktek untuk para pekerja yang menerima tugas-tugas tambahan dan bervariasi dalam usaha untuk membuat mereka merasakan bahwa mereka adalah lebih dari sekedar anggota dari organisasi.

2 . Melakukan perubahan struktur pembayaran

Perubahan sistem pembayaran ini dilakukan dengan berdasarkan pada keahliannya (skill-based pay), yaitu pembayaran dimana para pekerja digaji berdasarkan pengetahuan dan keterampilannya daripada posisinya di perusahaan. Pembayaran kedua dilakukan berdasarkan jasanya (merit pay), sistem pembayaran dimana pekerja digaji berdasarkan performancenya, pencapaian finansial pekerja berdasarkan pada hasil yang dicapai oleh individu itu sendiri. Dan pembayaran yang ketiga adalah Gainsharing atau pembayaran berdasarkan pada keberhasilan kelompok (keuntungan dibagi kepada seluruh anggota kelompok).

3. Pemberian jadwal kerja yang fleksibel

Dengan memberikan kontrol pada para pekerja mengenai pekerjaan sehari-hari mereka, yang sangat penting untuk mereka yang bekerja di daerah padat, dimana pekerja tidak bisa bekerja tepat waktu atau untuk mereka yang mempunyai tanggung jawab pada anak-anak. Compressed work week (pekerjaan mingguan yang dipadatkan), dimana jumlah pekerjaan per harinya dikurangi sedang jumlah jam pekerjaan per hari ditingkatkan. Para pekerja dapat memadatkan pekerjaannya yang hanya dilakukan dari hari senin hingga jum’at, sehingga mereka dapat memiliki waktu longgar untuk liburan. Cara yang kedua adalah dengan sistem penjadwalan dimana seorang pekerja menjalankan sejumlah jam khusus per minggu (Flextime), tetapi tetap mempunyai fleksibilitas kapan mulai dan mengakhiri pekerjaannya.

4. Mengadakan program yang mendukung

Perusahaan mengadakan program-program yang dirasakan dapat meningkatkan kepuasan kerja para karyawan, seperti; health center, profit sharing, employee sponsored child care, dll.


Contoh Kasus :

Biasanya karyawan selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, jarang terlambat datang, sangat nurut. Tetapi misalnya suatu saat karyawan tersebut disuruh keluar kota dan karyawan tersebut menolaknya/menawar, image pimpinan langsung buruk : “Ahhh… ternyata kamu gak loyal, disuruh gitu aja gak bisa, saya kirain kamu loyal banget, rajin, pinter, ternyata males, pembangkang”. Atau pekerjaan telat : “Gw kirain kamu jago bagaimana, ternyata gak ada apa-apanya, nyatanya project kamu telat, masa pekerjaan kayak gini aja lama banget dikerjain”.

Kedua hal tersebut diatas merupakan suatu kesalahan besar yang sering terjadi.

Ada 2 solusi untuk menghadapi kedua contoh hal diatas :

1. Solusi yang mudah dilakukan tetapi peluang terulang masih besar.

Bicarakanlah baik-baik kepada bawahan yang kecewa, berikan alasan yang jelas, transparan, mudah diterima dan kesalahan itu jangan sampai sering-sering terulang lagi.

Atau habis memarahi karyawan, panggillah karyawan tersebut, bicarakan baik-baik, kalau perlu minta maaf lah, itu sudah cukup bagus.

Selidiki apakah betul kemampuan karyawan itu cuman segitu, perhatikan faktor-faktor lain, mungkin karyawan sudah kelelahan sehingga tidak dapat menyelesaikannya, atau memang sebelumnya belum pernah mendapatkan pekerjaan demikian sehingga perlu dipelajari lagi.

2. Solusi yang sulit diterapkan tetapi peluang terulang semakin kecil.

Karyawan jangan berharap terlalu banyak terhadap perusahaan, padamkanlah keinginan-keinginan semu, tetapi tetaplah bekerja secara baik dan tetaplah loyal kepada perusahaan. Dengan demikian jika terjadi hal-hal demikian karyawan tidak akan kecewa karena tidak ada tuntutan dan bayangan-bayangan lain. Tapi bukan berarti menganggap perusahaan buruk, tetapi netral, seimbang, tidak berpihak. Begitu juga terhadap perusahaan.

Kikislah perlahan-lahan segala keinginan dan angan-angat terhadap perusahaan, jangan menggangap atasan/perusahaan baik, karena jika sekali dia berbuat kesalahan terhadap karyawan, karyawan akan merasa kecewa. Tetapi jangan juga menggangap perusahaan itu jahat hanya mau peras tenaga, karena dengan demikian kamu tidak akan dapat bekerja secara optimal dan akibatnya perusahaan akan benar-benar tidak senang kepada kamu.

Bekerjalah secara netral.

Contoh lain:

Sumber :

http://nathasya.ngeblogs.com/2009/12/19/psi-manajemen-tugas-kelompok-sikap-kerja-dan-kepuasan-kerja/

http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_8432/title_sikap-pekerja-dan-kepuasan-kerja/

http://psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_muhaimin.pdf

http://eprints.ums.ac.id/144/1/PARWANTO.pdf

Hilmiana, Analisis Hubungan Kepuasan Kerja dengan Sikap Kerja Keryawan, Jakarta, 2002.

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=3737

 

20 Responses to “Sikap Pekerja Dan Kepuasan Kerja”

  1. ety Says:

    wahh… buat pemula penulisannya lumayanlah ver….

  2. vava Says:

    wah.. contoh kasusnya hampir sama yg saya alami…
    ada solusinya lagi
    thx ya…

  3. jeje Says:

    seharusnya perusahaan juga memberikan jaminan pekerjaan bagi orang yang berkerja di perusahaan mereka baik ketika bekerja maupun sesudah masa kerja mereka selesai…

  4. anna dina Says:

    tindakan demo adalah sifat ketidakpuasan para pekerja yang bekerja di suatu tempat. Maka sebaiknya si pekerja dan yang mengerjakan juga saling peduli sehingga sama-sama saling memuaskan satu sama lain. Kan tidak ada yang dirugikan

  5. karen Says:

    Dalam bagian :
    Menghindari kebosanan dan pekerjaan beruang-ulang
    Kebanyakan orang cendrung mendapatkan sedikit kepuasan dalam melakukan pekerjaan yang sangat membosankan dan berulang. Karena orang jauh lebih puas dengan pekerjaan yang meyakinkan mereka memperoleh sukses dengan secara bebas melakukan kontrol atas cara mereka melakukan sesuatu.
    Sebaiknya sebulan sekali setiap perusahaan atau tempat anda bekerja memberikan waktu dan tempat bekerja ke tempat diluar tempat kerja biasanya sehingga suasananya tidak membosankan. sehingga dapat menambah kualitas para pekerja dan bisa membuat mereka lebih di hargai.

  6. celticvero Says:

    Dalam bagian :
    Menghindari kebosanan dan pekerjaan beruang-ulang
    Kebanyakan orang cendrung mendapatkan sedikit kepuasan dalam melakukan pekerjaan yang sangat membosankan dan berulang. Karena orang jauh lebih puas dengan pekerjaan yang meyakinkan mereka memperoleh sukses dengan secara bebas melakukan kontrol atas cara mereka melakukan sesuatu.
    Sebaiknya sebulan sekali setiap perusahaan atau tempat anda bekerja memberikan waktu dan tempat bekerja ke tempat diluar tempat kerja biasanya sehingga suasananya tidak membosankan. sehingga dapat menambah kualitas para pekerja dan bisa membuat mereka lebih di hargai.

  7. maria prihatini Says:

    Dalam bagian :
    Menghindari kebosanan dan pekerjaan beruang-ulang
    Kebanyakan orang cendrung mendapatkan sedikit kepuasan dalam melakukan pekerjaan yang sangat membosankan dan berulang. Karena orang jauh lebih puas dengan pekerjaan yang meyakinkan mereka memperoleh sukses dengan secara bebas melakukan kontrol atas cara mereka melakukan sesuatu.
    Sebaiknya sebulan sekali setiap perusahaan atau tempat anda bekerja memberikan waktu dan tempat bekerja ke tempat diluar tempat kerja biasanya sehingga suasananya tidak membosankan. sehingga dapat menambah kualitas para pekerja dan bisa membuat mereka lebih di hargai.

  8. maria prihatini Says:

    Bagi para pekerja dan para yang memperkerjakan, Sebaiknya sebulan sekali setiap perusahaan atau tempat anda bekerja memberikan waktu dan tempat bekerja ke tempat diluar tempat kerja biasanya sehingga suasananya tidak membosankan. sehingga dapat menambah kualitas para pekerja dan bisa membuat mereka lebih di hargai.

  9. karen Says:

    Terlalu banyak teori dan sepertinya teori itu lebih mudah dibandingkan dengan prakteknya langsung, makaanya banyak para pekerja yang kurang puas dengan kebijakan tempat ia bekerja.

  10. Anna Nelson Says:

    Menurut saya si kepuasan kerja seseorang memang berbeda-beda ada yang naik gaji dapat dikatan ia puas dalam bekerja ada juga yang melakukan project dan ia berhasil. Maka dalam tempat bekerja haruslah mematuhi peraturan yang ada dalam kebijakan anda bekerja, dan anda harus bisa menetapkan diri dengan kebijakan dari tempatr anda bekerja sehingga anda pun akan merasa puas dalam bekerja.

    ^_^

  11. diditz Says:

    Saya sependapat dengan Locke seorang individu akan merasa puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, yaitu tergantung bagaimana ia mempersepsikan adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan dengan hasil keluarannya. Jadi jika kita bekerja kita harus bisa menepatkan diri dalam situasi yang ada dan tidak menggap bahwa itu sebuah beban.

  12. faray Says:

    Wah duhh gmn ya… bacanya keburu bosen biz kebanyakan tulisan teori ni blogna,, tapi contohnya dari video cukup baguslah. Latihan lagi nulis blognya Jangan Cuma buat Tugas doank!! Oche…

  13. faray Says:

    wah bacanya keburu bosen biz kebanyakan tulisan teori ni blogna,, tapi contohnya dari video cukup baguslah. Latihan lagi nulis blognya Jangan Cuma buat Tugas doank!! Oche…

  14. dimaz Says:

    Kepuasan dalam hal pekerjaan sangatlah penting sebab jika jika bekerja dalam beberapa waktu kita pasti akan merasakan hal apa yang dapat membuat kita puas dalam bekerja. Maka perlu dipikirkan lagi apakah kita bekerja sudah merasa puas jika sudah maka apa yang kita kerjakan akan memberi kepuasan pada diri sendiri dan orang lain.

  15. jery Says:

    Jika kita sudah merasa puas dalam pekerjaan maka produktivitas kita akan lebih baik, tetapi jiak Ketidakpuasan bekeja dapat membuat produktivitas kiata menurun ini disebabkan oleh perilaku kita yang sudah tidak ada kemauan untuk meningkatkan produktivitas kita.

  16. mery Says:

    Mungkin lebih baik mengurangi tulisannya yang membuat pembaca males duluan ketika melihat tulisan yang begitu panjang. Semoga di lain kali anda dapat menulis lebih baik lagi.

  17. made Says:

    Bingung g mau comment apa!! G aja blm pernh ngrasain kerja,,
    Ya jadinya ini nice info buat tar g klo dah mo kerja ya ga,,,

  18. utaput Says:

    Wah.. gini tulisan blog lw, g yakin buatna dadakan!! G juga binun mau comment apaan,, tapi sumpah g males banget bacanya ya lw nulis blog dah kayak mo nulis paper aza,, dah lain kali jangan kerjain sembarangan,, ok ^_^

  19. dodutz Says:

    saya setuju dengan tulisan yang anda buat “Dalam hal kepuasan kerja, Gilmer (1966) menyebutkan faktor-fakor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah kesempatan untuk maju, kemanan kerja, gaji, perusahaan dan menejemen, faktor intrinsik dan pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi, fasilitas (Lih:As’ad, 2003:114).Sementara menurut Heidjrachman dan Husna mengemukakan beberapa faktor mengenai kebutuhan dan keinginan pegawai, yakni gaji yang baik, pekerjaan yang aman, rekan sekerja yang kompak, pekerjaan yang berarti, kesempatan untuk maju, pimpinan yang adil dan bijaksana, penghargaan dan perintah yang wajar dan organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat.”

  20. zainal Says:

    thaks ya,,,,ana minta izin copy nya,,,,kami sangat menyokong penulisan anda,,,,


Tinggalkan Balasan ke karen Batalkan balasan